Total Tayangan Halaman

About Me

Foto saya
24 years old Handsome Lucky Guy

Followers

RSS

Permasalahan pertanian


Nama            : Dwi Erwin Kusbianto
Nim              : 101510501035      
Kelas            : A
Mata Kuliah : Pemecahan Masalah Bidang Pertanian

Permasalahan pada Bidang Pertanian

Kata “masalah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Masalah merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan tujuan tertentu. Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti mendapatkan suatu masalah. Masalah itu menjadi besar ataupun kecil tergantung pada individu masing-masing memandang permasalahan tersebut. Sebesar apapun permasalahan yang ada akan terasa mudah apabila kita menganggapnya kecil dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Menurut Ervita (2011) definisi dari pertanian itu sendiri adalah Ilmu yang mempelajari kesatuan organis dari alam, modal dan pengelolaan yang ditunjukkan untuk mendapatkan produksi dilapangan pertnian yang ditujukan untuk konsumsi mahluk hidup.
Permasalahan di bidang pertanian begitu kompleks. Setiap satu daerah dengan daerah lain memiiki masalah yang berbeda-beda. Walaupun sering juga ada kesamaan permasalahan pertanian di daerah yang tidak sama. Masalah pertanian bermacam-macam, baik masalah pada bidang ekonomi, social, politik, dan budaya. Permasalahan di bidang pertanian yang dapat saya ketahui diantaranya sebagai berikut. Permasalahan yang pertama adalah masalah lahan yang minim. Masalah lahan ini bukan hanya pada pertanian pada lahan kecil, tetapi juga dialami oleh pertanian pada lahan besar seperti perkebunan. Para petani di daerah kota saat ini hampir kehilangan semua lahannya karena sedang maraknya pembangunan perumahan-perumahan yang menggunakan lahan bekas sawah. Itu semua karena para pemborong perumahan berani membeli lahan sawah dan kebun tersebut dengan harga yang mahal. Akibatnya petani berani menjual lahannya karena merasa hasil panen yang tidak seberapa dibandingkan dengan hasil penjualan yang jauh lebih besar. Untuk daerah perkebunan, kekurangan lahan ini di ambil kebijakan dengan penanaman padi dengan cara tumpang sari. Yang pernah saya temui yaitu pada perkebunan daerah genteng, Banyuwangi. Ada juga yang sering kita temui pada perkebunan karet dan kopi, menggunakan tanaman naungan selain menghasilkan juga menguntungkan untuk tanaman yang dinaungi.
Selanjutnya adalah permasalahan di bidang ekonomi. Banyak sekali permasalahan pertanian dibidang ekonomi. Permasalahan modal untuk pertanian sering dialami petani kecil. Untuk perkebunan, pinjaman kepada bank mungkin mudah didapatkan. Namun bagi petani kecil yang hanya memiliki lahan kecil akan sulit mendapat pinjaman karena pihak bank mungkin tidak percaya akan pendapatan dari hasil panen yang tidak pasti dan tidak dapat menghasilkan untuk tiap bulannya. Setelah itu permasalahan penjualan hasil panen kepada tengkulak yang sering memonopoli harga – harga hasil panen petani. Tengkulak juga sering membeli hasil panen secara borongan (“tebasan” bahasa setempat). Padahal dalam agama hal tersebut diharamkan karena penjualan yang tidak pasti. Bisa saja petani menjadi rugi karena seharusnya pembayaran lebih mahal karena hasil panen yang lebih banyak atau kualitasnya jauh lebih baik. Bisa juga tengkulaknya yang merasa rugi karena ternyata hasilnya tidak sebaik yang diperkirakan.
Permasalahan social yang biasanya ditemui dilapangan adalah sengketa tanah yang suratnya tidak jelas. Masalah social ini sering ditemui di daerah perdesaan. Karena di perdesaan tanah milik pribadi di dapat dari warisan orang tua dan itu jarang ada yang di sertifikatkan. Bahkan sering juga masalah ini dialami oleh seseorang yang masih dalam satu keluarga.
Dalam bidang politik pertanian yaitu pada masa orde baru lahir suatu kebijakan yang desebut sebagai gerakan “Revolusi hijau” di Asia. Dalam konsep “Akselerasi Pembangunan 25 tahun “ yang terbagi menjadi  perencanaan lima tahunan ( Pelita ), maka memang pertanian didahulukan, tetapi gagasan “Reforma Agraria”  pada saat itu ditinggalkan. Alasannya karena hanya dengan  Revolusi Hijau dianggap dapat meningkatkan produksi pangan. Selama sekitar 15 tahun segala daya dan dana dikerahkan untuk memajukan pertanian, dengan harapan bahwa kondisi pertanian akan menjadi kokoh sehingga dapat dijadikan landasan untuk menuju industri. Akhirnya pada sekitar pertengahan 1980-an, Indonesia berhasil mencaai swasembada pangan. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena beberapa faktor. Yang lebih disesalkan, residu dari penggunaan bahan kimia yang berlebihan pada masa revolusi hijau tersebut akan ada bertahun-tahun dalam tanah Indonesia. Dampaknya hasil pertanian tidak maksimal.
Dalam bidang Budaya, permasalahan pertanian lebih banyak dirasakan oleh pemerintahan separti dinas pertanian dan juga pemberi penyuluhan yang terjun ke lapangan. Petani sering melakukan penanaman berdasar dengan budaya atau kebiasaan-kebiasaan dari nenek moyangnya terdahulu. Hal tersebut tidak salah, karena orang-orangnya terdahulu juga melakukannya berdasarkan pengalaman bertahun-tahun. Namun, dengan berjalannya waktu semuanya itu dapat berubah. Seperti efek dari global warming, iklim telah berubah dan musim tidak dapat diperkirakan seperti biasanya. Maka perlu adanya perubahan system tanam bagi para petani agar hasil panen tetap melimpah sehingga  kebutuhan pangan Negara tercukupi. Tetapi petani sering tidak menghiraukan atau menentangnya.  Padahal dengan adanya teknologi yang terus berkembang ini, kita dapat memanfaatkannya untuk mempermudah pekerjaan tidak terkecuali pada bidang pertanian. Setiap daerah memiliki budaya yang tidak sama. Ada juga petani yang mau menerima masukan teknologi yang ada walaupun harus dengan bukti, seperti hasil panen yang meningkat, kualitas hasil panen yang baik, ataupun harga jual yang lebih tinggi.


Sumber:
1.    http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=123&Itemid=104 diakses pada tanggal 07 September 2011, pukul 11.00.
2.    Gunawan Wiradi. 2005. Politik Pertanian/Agraria di Indonesia dari Masa ke Masa. http://siteresources.worldbank.org/INTINDONESIA/Resources/Publication/280016-1106130305439/617331-1110769011447/810296-1110769073153/agriculture.pdf. [07September 2011]
3.    Ervita. Kuliah Menejemen Usaha Pertanian. “Prinsip-prinsip dalam Ekonomi Produksi”. Jember, 05 September 2011.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
w1nn3r cooporation. Diberdayakan oleh Blogger.

Studied

Studied

Apa yang akan kulakukan ketika banyak masalah?